""SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA""

Kamis, 18 Oktober 2012

untuk seorang ibu


maaf karna qu belum dapat membalas kebaikanmu,
maaf karna qu selalu membuatmu kecewa .maaf karna qu selalu membuatmu menangis .

qu memang anak yg tak tau terima kasih .
qu memang anak yg egois .
qu memang anak yg tak dapat d atur .tapi d dalam hati kecilqu qu memiliki keinginan, apabila suatu saat nanti qu menjadi orang yg sukses qu akan berkata " SEMUA INI KARNA IBU QU YG SANGAT SABAR DAH TIDAK PERNAH BOSAN MENYAYANGI QU" .

hanya ibu, sosok orang yg qu kagumi, karna ia tak pernah sedikitpun mengurangi rasa syg nya kepada qu ..

BAHAYA PEMANASAN GLOBAL

BAHAYA PEMANASAN GLOBAL





Apa itu Pemanasan Global ( Global Warming )?
Konsumsi energi bahan bakar fosil.  Sektor industri merupakan penyumbang emisi karbon terbesar, sedangkan sektor transportasi menempati posisi kedua. Menurut Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2003), konsumsi energi bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari total konsumsi energi, sedangkan listrik menempati posisi kedua dengan memakan 10% dari total konsumsi energi. Dari sektor ini, Indonesia mengemisikan gas rumah kaca sebesar 24,84% dari total emisi gas rumah kaca.
Indonesia termasuk negara pengkonsumsi energi terbesar di Asia setelah Cina, Jepang, India dan Korea Selatan. Konsumsi energi yang besar ini diperoleh karena banyaknya penduduk yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, walaupun dalam perhitungan penggunaan energi per orang di negara berkembang, tidak sebesar penggunaan energi per orang di negara maju. Menurut Prof. Emil Salim, USA mengemisikan 20 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,1 milyar penduduk, Cina mengemisikan  3 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah 1,3 milyar penduduk, sementara India mengemisikan 1,2 ton CO2/orang dengan jumlah 1 milyar penduduk.


Dengan demikian, banyaknya gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer dari sektor ini berkaitan dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. USA merupakan negara dengan penduduk yang mempunyai gaya hidup sangat boros, dalam mengkonsumsi energi yang berasal dari bahan bakar fosil, berbeda dengan negara berkembang yang mengemisikan sejumlah gas rumah kaca, karena akumulasi banyaknya penduduk.
Sampah. Sampah menghasilkan gas metana (CH4). Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi kota-kota di Indonesia. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg/hari dan pada tahun 2000 terus meningkat menjadi 1 kg/hari. Dilain pihak jumlah penduduk terus meningkat sehingga, diperkirakan, pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Dengan jumlah ini maka sampah akan mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun. Dengan demikian, sampah di perkotaan merupakan sektor yang sangat potensial, mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
Kerusakan hutan. Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbondioksida (CO2), yang merupakan salah satu dari gas rumah kaca, dan mengubahnya menjadi oksigen (O2).  Saat ini di Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah.  Laju kerusakan hutan di Indonesia, menurut data dari Forest Watch Indonesia (2001), sekitar 2,2 juta/tahun. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan, antara lain perubahan hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal secara besar-besaran, misalnya perkebunan kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan kerusakan seperti tersebut diatas, tentu saja proses penyerapan karbondioksida tidak dapat optimal.  Hal ini akan mempercepat terjadinya pemanasan global.
Menurut data dari Yayasan Pelangi, pada tahun 1990, emisi gas CO2 yang dilepaskan oleh sektor kehutanan, termasuk perubahan tata guna lahan, mencapai 64 %  dari total emisi CO2 Indonesia yang mencapai 748,61 kiloTon. Pada tahun 1994 terjadi peningkatan emisi karbon menjadi 74%.
Pertanian dan peternakan.  Sektor ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang menghasilkan gas metana, pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian, serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan yaitu gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20).  Di Indonesia, sektor pertanian dan peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer.
Dampak Pemanasan Global
Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa :
Pertama, Kenaikan temperatur global, menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan kenaikan permukaan air laut.  Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang.  Ancaman lain yang dihadapi masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan yang mengalami kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut.
Kedua, Pergeseran musim sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah hujan.  Perubahan iklim mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang singkat serta musim kemarau yang panjang. Di beberapa tempat terjadi peningkatan curah hujan sehingga meningkatkan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor, sementara di tempat lain terjadi penurunan curah hujan yang berpotensi menimbulkan kekeringan. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) akan terjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang makin tajam.  Hal ini mengakibatkan meningkatnya kekerapan terjadinya banjir atau kekeringan.  Kondisi ini akan semakin parah apabila daya tampung badan sungai atau waduk tidak terpelihara akibat erosi.
Kedua peristiwa tersebut akan menimbulkan dampak pada beberapa sektor, yaitu :
Kehutanan.  Terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan fauna. Kenaikan suhu akan menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang mampu beradaptasi akan bertahan dan, bahkan kemungkinan akan berkembang biak dengan pesat. Sedangkan spesies yang tidak mampu beradaptasi, akan mengalami kepunahan. Adanya kebakaran hutan yang terjadi merupakan akibat dari peningkatan suhu di sekitar hutan, sehingga menyebabkan rumput-rumput dan ranting yang mengering mudah terbakar. Selain itu, kebakaran hutan menyebabkan punahnya berbagai keanekaragaman hayati.
Perikanan. Peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan terumbu karang, dan selanjutnya matinya terumbu karang, sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan. Suhu air laut yang meningkat juga memicu terjadinya migrasi ikan yang sensitif terhadap perubahan suhu secara besar-besaran menuju ke daerah yang lebih dingin.  Peristiwa matinya terumbu karang dan migrasi ikan, secara ekonomis, merugikan nelayan karena menurunkan hasil tangkapan mereka.
Pertanian. Pada umumnya, semua bentuk sistem pertanian sensitif terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Hal tersebut berdampak pada pola pertanian, misalnya keterlambatan musim tanam atau panen, kegagalan penanaman, atau panen karena banjir, tanah longsor dan kekeringan. Sehingga akan terjadi penurunan produksi pangan di Indonesia. Singkatnya, perubahan iklim akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional.
Kesehatan.  Dampak pemanasan global pada sektor ini yaitu meningkatkan frekuensi penyakit tropis, misalnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (malaria dan demam berdarah), mewabahnya diare, penyakit kencing tikus atau leptospirasis dan penyakit kulit.  Kenaikan suhu udara akan menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek sehingga nyamuk makin cepat untuk berkembangbiak. Bencana banjir yang melanda akan menyebabkan terkontaminasinya persediaan air bersih sehingga menimbulkan wabah penyakit diare dan penyakit leptospirosis pada masa pasca banjir. Sementara itu, kemarau panjang akan mengakibatkan krisis air bersih sehingga berdampak timbulnya penyakit diare dan penyakit kulit.  Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga menjadi ancaman seiring dengan terjadinya kebakaran hutan.
Selain dampak diatas, tercatat beberapa kejadian luar biasa yang mengindikasikan terjadinya pemanasan global, yaitu :
  1. Tahun 2005 merupakan tahun terpanas.  NASA melaporkan bahwa temperatur rata-rata global telah meningkat 0,060 C.
  2. Pencairan Artik terbesar terjadi di tahun 2005.  Hasil foto salah satu satelit   menunjukkan area yang tertutup es permanen merupakan area tersempit pada akhir musim panas tahun 2005.
  3. Tahun 2005 merupakan tahun dengan air di Karibia terpanas, lebih lama dari yang pernah terjadi dan menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) besar-besaran di sepanjang wilayah mulai dari Karibia hingga Florida Keys, Amerika Serikat.
  4. Tahun 2005 tercatat sebagai tahun dengan nama badai terbanyak.  Terdapat 26 nama badai yang melampaui daftar nama resmi. Pada tahun ini juga terdapat sekitar 14 badai, yang disebut sebagai badai hebat (hurricane), karena memiliki kecepatan angin melebihi 119 km/jam.  Rekor tahun sebelumnya hanya 12 badai dalam setahun.  Tahun 2005 juga merupakan tahun dengan kategori 5 badai terbanyak dengan kecepatan angin 249 km/jam. Tahun 2005 merupakan tahun yang mengalami kerugian termahal akibat badai.
  5. Tahun 2005 merupakan tahun terkering yang pernah terjadi sejak beberapa dekade lalu di Amazon, Amerika Selatan. Dan Amerika bagian barat menderita akibat kekeringan yang panjang.
Sumber informasi :
Bumi Makin Panas (booklet).  2004.  Diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup, JICA dan Yayasan Pelangi.
Indonesia dan Perubahan Iklim (booklet). Program Iklim dan Energi, WWF-Indonesia. www.wwf.or.id/climate
Climate Change Scenarios for Indonesia (leaflet). 1999.  Diterbitkan oleh Climatic Research Unit (CRU), UEA, UK dan WWF.
Perilaku Ramah Lingkungan. 2007.  Website WWF Indonesia : www.wwf.or.id




Pemanasan global saat ini bukan hanya menjadi masalah dari satu negara saja, namun pemanasan global kini telah menjadi masalah bagi semua negara dan penduduk dunia. Pemanasan global telah menyebabkan perubahan cuaca yang ekstrim khususnya di Indonesia. Musim hujan dan kemarau kini datang dengan tidak teratur. Hari ini panas, besok hujan, lusa panas lagi. Dampak ekonominya tentu saja sangat besar, sebab petani mengalami kesulitan dalam melakukan penanaman. Selain itu, dari segi kesehatan, banyaknya polusi dan perubahan cuaca ekstrim telah membuat tubuh semakin rentan oleh ancaman penyakit.

Masalah global ini tidak akan dapat diselesaikan jika hanya terus berharap pada pemerintah. Masyarakat harus saling bahu-membahu untuk mengurangi sekaligus memperlambat terjadinya global warming. Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak dari global warming/pemanasan global. Postingan ini akan membahas sedikit saja mengenai hal-hal apa yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir terjadinya pemanasan global.

1. Hematlah Pemakaian Listrik

    Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat pemakaian listrik seperti: mematikan lampu dan listrik ketika sedang tidak digunakan, menggunakan lampu hemat energi, matikan pemanas nasi selama beberapa jam untuk mengurangi penggunaan listrik, jangan sering memasukkan makanan panas langsung ke dalam kulkas, serta jangan sering-sering membuka pintu kulkas terlalu lama.

2. Hematlah Pemakaian Air

    Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat pemakaian air dapat anda baca dipostingan saya sebelumnya. Baca Cara penghematan Air.

3. Reuse (Menggunakan Kembali)

    Misalnya, menggunakan kembali kantong plastik untuk membawa belanjaan, membawa tas kertas sendiri dari rumah saat berbelanja, belilah produk-produk yang bisa didisi ulang, gunakan koran atau kertas bekas untuk membungkus barang, dll.

4. Reduce (Mengurangi/Menghemat)

    Misalnya, belilah barang-barang mebel atau peralatan dapur yang benar-benar dibutuhkan, kurangi makanan cepat saji, kurangi penggunaan pestisida, hindari membeli produk dari hewan/tumbuhan langka, kurangi produksi limbah rumah tangga, dll.

5. Recycle (Mendaur Ulang)

    Mulailah gunakan pakaian yang cukup ramah bagi lingkungan, gunakan botol-botol bekas untuk keperluan lain, misal jadi vas bunga, kreasikan barang bekas menjadi barang yang memiliki nilai jual, pisahkan sampah organik dan anorganik, buatlah pupuk kompos dari limbah dapur dan daun/ranting pohon yang berterbaran disekitar rumah, dll.

6. Usahakan lakukan penghijauan/reboisasi

    Salah satu cara termudah adalah dengan menanam pohon pelindung disekitar rumah atau membuat taman disekitar rumah agar rumah jadi tampak hijau.

7. Jangan sering-sering naik kendaraan pribadi

    Jika memungkinkan untuk naik angkutan umum, lebih baik anda mulai terbiasa untuk melakukannya. Selain menghemat bahan bakar, anda juga dapat mengurangi jumlah polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang telah menyebabkan semakin seringnya terjadi hujan asam yang merusak lingkungan.

Masih banyak cara lain yang dapat anda, saya dan kita semua lakukan untuk mencegah dan mengurangi dampak global warming dan pemanasan gobal yang terus mengancam kehidupan makhluk hidup di dunia ini. Setiap hal kecil yang kita lakukan untuk mengatasi pemanasan global tentunya akan semakin membuat hidup dan kehidupan anak cucu kita di masa mendatang akan lebih baik dan tidak terpuruk karena ulah yang kita lakukan di masa lampau. Mari kita atasi global warming bersama-sama!.


Read more: http://www.teguhsantoso.com/2011/03/cara-mengatasi-pemanasan-global-global-warming.html#ixzz29e9XVJuP





LIMBAH PABRIK

 LIMBAH PABRIK








Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbuh tumpukan limbah atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada kehidupan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas kehidupan terutama pada lingkungan sekitar.
Teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai limbah cair :

1. Pengolahan limbah dengan menggunakan teknik radiasi

Mekanisme interaksi radiasi pengion dengan air dapat menyebabkan terbentuknya spesi-spesi (H+, . OH, H. , eaq- , H2O2 dan H2 dalam spur). Spesi-spesi ini merupakan produk primer radiolisis air yang keluar dari spur dan akan bereaksi dengan zat terlarut (macam-macam pencemar organik) serta menguraikannya. Metode radiasi adalah salah satu alternatif yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah ini.
Pengolahan limbah dengan menggunakan tehnik radiasi mempunyai kemampuan menurunkan kebutuhan oksigen (KOK) dan kebutuhan oksigen biologi (KOB). Metode radiasi ini mempelajari radiolisis zat warna standar larut dalam air, efek udara dan pH pada penguraiannya. Diharapkan zat warna tersebut akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan tidak toksis, akibat interaksinya dengan sinar pengion sehingga dapat diaplikasikan dalam pengolahan limbah tekstil.
2. Pengolahan limbah dengan teknologi ozone
Untuk mengatasi masalah limbah organik ini, teknologi ozone mulai dipergunakan dalam proses pengolahan limbah cair. Teknologi ini dikenal dapat membersihkan limbah cair hingga mendekati 100 persen. Ozone yang dikenal sebagai oksidan kuat, selain dapat menghancurkan senyawa-senyawa organik, juga sekaligus dapat membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah yang telah diuraikan .
Meskipun demikian masih ada beberapa kendala yang harus diselesaikan pada teknologi ozone ini, seperti tingginya biaya operasional serta adanya sisa ozone yang tertinggal dalam air setelah proses pengolahan berlangsung. Sisa ozone yang memiliki kadar cukup tinggi, akan dapat membahayakan manusia.
3. Pengolahan limbah dengan teknologi plasma air
Teknologi yang kemudian diperkenalkan untuk mengatasi limbah cair setelah teknologi ozone ini adalah teknologi plasma. Sebelum kita jelaskan lebih lanjut tentang teknologi plasma, perlu disampaikan disini bahwa ozone sendiri dapat dibuat dengan mempergunakan teknologi plasma (Siemens 1857). Dewasa ini teknologi plasmalah yang paling banyak dipergunakan untuk membuat ozone.
Jadi, secara tidak langsung teknologi ozone adalah pemanfaatan dari teknologi plasma itu sendiri. Selanjutnya, teknologi plasma juga dapat dipergunakan secara langsung dalam proses pengolahan limbah cair. Salah satu cara adalah dengan membuat plasma dalam air.
Seperti halnya plasma di udara, plasma dapat juga dibuat dalam air. Proses pembuatannya sendiri hampir sama, hanya saja pembuatan plasma dalam air memerlukan energi sedikit lebih besar dibandingkan pembuatan plasma di udara, mengingat air adalah materi yang dapat mengalirkan arus listrik. Plasma dalam air dapat menyebabkan timbulnya berbagai proses reaksi fisika dan kimia, seperti sinar ultraviolet, shockwave, species aktif (OH, O, H, H2O2), thermal proses.
Banyaknya reaksi fisika dan kimia yang dihasilkan oleh plasma dalam air, membuat teknologi ini dapat merangkum beberapa proses yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah. Sinar ultraviolet yang dihasilkan mampu mengoksidasi senyawa organik sekaligus membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah cair.
Shockwave yang ditimbulkan mampu menghasilkan proses super critical water yang juga berperan dalam proses pengoksidasian senyawa organik. Dan, yang paling penting banyak dihasilkan species aktif seperti OH, O, H, dan H2O2 yang merupakan beberapa oksidant kuat yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik sekaligus juga membunuh bakteri dalam limbah cair tersebut. Dan, tidak ketinggalan panas yang dihasilkan oleh plasma ini pun berperan dalam berbagai proses pengoksidasian.
Dari berbagai kelebihan proses yang dimilikinya, teknologi plasma dalam air mulai mendapat perhatian khusus terutama untuk mengolah limbah organik yang umumnya mengandung berbagai macam jenis senyawa organik. Dari berbagai percobaan laboratorium, teknologi plasma dalam air sangat efektif untuk menguraikan senyawa organik seperti TNT, phenol, trichloroethylene, atrazine, dan berbagai jenis zat warna (dye).
Teknologi plasma untuk mengolah limbah cair baik dengan teknologi ozone maupun dengan teknologi plasma dalam air memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional, microbiologi maupun membran filtrasi. Diantaranya proses penguraian senyawa organik berlangsung sangat cepat, pembuatan peralatan serta maintenance yang mudah, serta species aktif yang dihasilkan dapat menguraikan hampir seluruh senyawa 
organik.

Salah satu dampak negatife dari industry tekstil adalah limbah cairnya. Senyawa-senyawa kimia yang umumnya ada di dalam air limbah industri tekstil adalahsenyawa organik. Senyawa organik ini umumnya adalah senyawa azo yaitu zatwarna yang digunakan pada pencelupan dan pewarnaan tekstil. Kadar senyawaorganik yang ada dalam suatu perairan dapat diukur dengan parameter ChemicalOxygen Demand (COD) atau dengan parameter Biochemical Oxygen Demand(BOD). Sedangkan untuk melihat kepekatan wama maka dapat dilakukan pengukuran intensitas warna. Salah satu penanggulangan limbah tekstil adalahdengan penggunaan lumpur aktif. Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO2dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkanmelalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikrobamembentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbahsecara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah.Lumpur aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks VolumeLumpur dan Stirred Sludge Volume Index. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mengandalkan sektor industri. Industri yang diandalkan salah satunya adalah industri tekstil. Sejarah pertekstilan Indonesia dapat dikatakan dimulai dari industri rumahan tahun 1929dimulai dari sub-sektor pertenunan (weaving) dan perajutan (knitting) denganmenggunakan alat Textile Inrichting Bandung (TIB) Gethouw atau yang dikenaldengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diciptakan olehDaalennoord pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil tradisional sepertisarung, kain panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang. Penggunaan ATBMmulai tergeser oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama kali digunakan padatahun 1939 di Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah tersebut mendapat pasokanlistrik pada tahun 1935. Dan sejak itu industri TPT Indonesia mulai memasuki erateknologi dengan menggunakan ATM.Dalam proses industri pastilah selalu menghasilkan limbah. Pengelolaanlimbah cair dalam proses produksi dimaksudkan untuk meminimalkan limbahyang terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi dan toksisitas yang jugaminimal. Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksidimaksudkan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yangterkandung didalamnya sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upayaminimisasi limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment),hingga pembuangan limbah produksi (disposal).Untuk menjamin terpeliharanya sumber daya air dari pembuangan limbahindustri, pemerintah dalam hal ini Menteri Negara KLH telah menetapkan bakumutu limbah cair bagi kegiatan yang sudah beroperasi yang dituangkan dalamKeputusan Menteri Negara KLH Nomor: Kep-03/KLH/ II/1991. Agar dapatmemenuhi baku mutu, limbah cair harus diolah dan pengolahan limbah tersebutmemerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit. Maka pengolahan limbah cair harus dilakukan secara cermat dan terpadu di dalam proses produksi dan setelah proses produksi agar pengendalian berlangsungdengan efektif dan efisien.Proses industri tekstil sendiri menghasilkan limbah cair. Limbah tekstilmerupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasilkan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis
·         Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalahdalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yanglebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkandengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional belum ditemukan.
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benangatau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinanlainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkanmenurut jenisnya sebagai berikut:1.Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)2.Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran3.Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar 4.Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benangtunggal, benang gintir
·         Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstildengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelumdisatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar seratmenjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekatgelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa (CMC).Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati)atau hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapatmemakai enzim. Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkankotoran dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan perendamandalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan kekuatannya.Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetatdan asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan.Kapas memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan(seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau denganmemakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun.Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantarakegiatan pemberian warna. Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa.Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zatwarna alam dan zat warna sintetik. Van Croft menggolongkan zat warna berdasarkan pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnaiserat disebutnya sebagai zat warna substantif dan zat warna yang memerlukan zat-zat pembantu supaya dapat mewarnai serat disebut zat reaktif. Kemudian Henneck membagi zat warna menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkannya,yakni zat warna monogenetik apabila memberikan hanya satu warna dan zatwarna poligenatik apabila dapat memberikan beberapa warna. Penggolongan zatwarna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan konstitusi (struktur molekul)dan berdasarkan aplikasi (cara pewarnaannya) pada bahan, misalnya didalam pencelupan dan pencapan bahan tekstil, kulit, kertas dan bahan-bahan lain

 penyusunnya. Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang ditenunmenjadi kain kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi produk  jadi. Oleh karena itu untuk memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik  pengolahannya menjadi bahan tekstil.Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses pengolahannya baik dari sisi penmilihan peralatan , prosedur pengerjaan maupun jenis zat-zatkimia yang digunakan. Selama proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serattidak akan hilang. Proses pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk memperbaiki,meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehinggamenjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan pemakaiannya.Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut
1. Perbandingan panjang dan lebar yang besar
 2. Kekuatan yang cukup
3. Fleksibilitas tinggi
4. Kemampuan Mulur dan elastis
5. Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat
6. Memiliki daya serap terhadap air
 7. Tahan terhadap sinar dan panas
8. Tidak rusak dalam pencucian
9. Tersedia dalam jumlah besar
10. Tahan terhadap zat kimia tertentu


KESIMPULANNYA : 

Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakanmetode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkandengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metodeBiologi adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganismesendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, jugamenjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.Dewasa ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan air limbahyang paling banyak dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini mengingatmetode lumpur aktif dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah dari berbagai jenis industri seperti industri pangan, pulp, kertas, tekstil, bahan kimia dan obat-obatan. Namun, dalam pelaksanaannya metode lumpur aktif banyak mengalamikendala, di antaranya :1. Diperlukan areal instalasi pengolahan limbah yang luas, mengingat proseslumpur aktif berlangsung dalam waktu yang lama, bisa berhari-hari.2. Timbulnya limbah baru, di mana terjadi kelebihan endapan lumpur dari pertumbuhan mikroorganisme yang kemudian menjadi limbah baru yangmemerlukan proses lanjutan.