Kamis, 18 Oktober 2012
untuk seorang ibu
maaf karna qu belum dapat membalas kebaikanmu,
maaf karna qu selalu membuatmu kecewa .maaf karna qu selalu membuatmu menangis .
qu memang anak yg tak tau terima kasih .
qu memang anak yg egois .
qu memang anak yg tak dapat d atur .tapi d dalam hati kecilqu qu memiliki keinginan, apabila suatu saat nanti qu menjadi orang yg sukses qu akan berkata " SEMUA INI KARNA IBU QU YG SANGAT SABAR DAH TIDAK PERNAH BOSAN MENYAYANGI QU" .
hanya ibu, sosok orang yg qu kagumi, karna ia tak pernah sedikitpun mengurangi rasa syg nya kepada qu ..
BAHAYA PEMANASAN GLOBAL
BAHAYA PEMANASAN GLOBAL
Apa itu Pemanasan Global ( Global Warming )?
Apakah Penyebab Pemanasan Global?
Pemanasan global merupakan fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh dunia, pertambahan populasi penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan industri. Oleh karena itu peristiwa ini berdampak global. Beberapa aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global terdiri dari:
Pemanasan global merupakan fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh dunia, pertambahan populasi penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan industri. Oleh karena itu peristiwa ini berdampak global. Beberapa aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global terdiri dari:
Konsumsi energi bahan bakar fosil. Sektor industri merupakan penyumbang emisi karbon terbesar, sedangkan sektor transportasi menempati posisi kedua. Menurut Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2003), konsumsi energi bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari total konsumsi energi, sedangkan listrik menempati posisi kedua dengan memakan 10% dari total konsumsi energi. Dari sektor ini, Indonesia mengemisikan gas rumah kaca sebesar 24,84% dari total emisi gas rumah kaca.
Indonesia termasuk negara pengkonsumsi energi terbesar di Asia setelah Cina, Jepang, India dan Korea Selatan. Konsumsi energi yang besar ini diperoleh karena banyaknya penduduk yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, walaupun dalam perhitungan penggunaan energi per orang di negara berkembang, tidak sebesar penggunaan energi per orang di negara maju. Menurut Prof. Emil Salim, USA mengemisikan 20 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,1 milyar penduduk, Cina mengemisikan 3 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah 1,3 milyar penduduk, sementara India mengemisikan 1,2 ton CO2/orang dengan jumlah 1 milyar penduduk.
Dengan demikian, banyaknya gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer dari sektor ini berkaitan dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. USA merupakan negara dengan penduduk yang mempunyai gaya hidup sangat boros, dalam mengkonsumsi energi yang berasal dari bahan bakar fosil, berbeda dengan negara berkembang yang mengemisikan sejumlah gas rumah kaca, karena akumulasi banyaknya penduduk.
Sampah. Sampah menghasilkan gas metana (CH4). Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi kota-kota di Indonesia. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg/hari dan pada tahun 2000 terus meningkat menjadi 1 kg/hari. Dilain pihak jumlah penduduk terus meningkat sehingga, diperkirakan, pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Dengan jumlah ini maka sampah akan mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun. Dengan demikian, sampah di perkotaan merupakan sektor yang sangat potensial, mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
Kerusakan hutan. Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbondioksida (CO2), yang merupakan salah satu dari gas rumah kaca, dan mengubahnya menjadi oksigen (O2). Saat ini di Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah. Laju kerusakan hutan di Indonesia, menurut data dari Forest Watch Indonesia (2001), sekitar 2,2 juta/tahun. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan, antara lain perubahan hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal secara besar-besaran, misalnya perkebunan kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan kerusakan seperti tersebut diatas, tentu saja proses penyerapan karbondioksida tidak dapat optimal. Hal ini akan mempercepat terjadinya pemanasan global.
Menurut data dari Yayasan Pelangi, pada tahun 1990, emisi gas CO2 yang dilepaskan oleh sektor kehutanan, termasuk perubahan tata guna lahan, mencapai 64 % dari total emisi CO2 Indonesia yang mencapai 748,61 kiloTon. Pada tahun 1994 terjadi peningkatan emisi karbon menjadi 74%.
Pertanian dan peternakan. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang menghasilkan gas metana, pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian, serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan yaitu gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20). Di Indonesia, sektor pertanian dan peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer.
Dampak Pemanasan Global
Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa :
Pertama, Kenaikan temperatur global, menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang. Ancaman lain yang dihadapi masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan yang mengalami kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut.
Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa :
Pertama, Kenaikan temperatur global, menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang. Ancaman lain yang dihadapi masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan yang mengalami kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut.
Kedua, Pergeseran musim sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah hujan. Perubahan iklim mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang singkat serta musim kemarau yang panjang. Di beberapa tempat terjadi peningkatan curah hujan sehingga meningkatkan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor, sementara di tempat lain terjadi penurunan curah hujan yang berpotensi menimbulkan kekeringan. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) akan terjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang makin tajam. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kekerapan terjadinya banjir atau kekeringan. Kondisi ini akan semakin parah apabila daya tampung badan sungai atau waduk tidak terpelihara akibat erosi.
Kedua peristiwa tersebut akan menimbulkan dampak pada beberapa sektor, yaitu :
Kehutanan. Terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan fauna. Kenaikan suhu akan menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang mampu beradaptasi akan bertahan dan, bahkan kemungkinan akan berkembang biak dengan pesat. Sedangkan spesies yang tidak mampu beradaptasi, akan mengalami kepunahan. Adanya kebakaran hutan yang terjadi merupakan akibat dari peningkatan suhu di sekitar hutan, sehingga menyebabkan rumput-rumput dan ranting yang mengering mudah terbakar. Selain itu, kebakaran hutan menyebabkan punahnya berbagai keanekaragaman hayati.
Perikanan. Peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan terumbu karang, dan selanjutnya matinya terumbu karang, sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan. Suhu air laut yang meningkat juga memicu terjadinya migrasi ikan yang sensitif terhadap perubahan suhu secara besar-besaran menuju ke daerah yang lebih dingin. Peristiwa matinya terumbu karang dan migrasi ikan, secara ekonomis, merugikan nelayan karena menurunkan hasil tangkapan mereka.
Pertanian. Pada umumnya, semua bentuk sistem pertanian sensitif terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Hal tersebut berdampak pada pola pertanian, misalnya keterlambatan musim tanam atau panen, kegagalan penanaman, atau panen karena banjir, tanah longsor dan kekeringan. Sehingga akan terjadi penurunan produksi pangan di Indonesia. Singkatnya, perubahan iklim akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional.
Kesehatan. Dampak pemanasan global pada sektor ini yaitu meningkatkan frekuensi penyakit tropis, misalnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (malaria dan demam berdarah), mewabahnya diare, penyakit kencing tikus atau leptospirasis dan penyakit kulit. Kenaikan suhu udara akan menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek sehingga nyamuk makin cepat untuk berkembangbiak. Bencana banjir yang melanda akan menyebabkan terkontaminasinya persediaan air bersih sehingga menimbulkan wabah penyakit diare dan penyakit leptospirosis pada masa pasca banjir. Sementara itu, kemarau panjang akan mengakibatkan krisis air bersih sehingga berdampak timbulnya penyakit diare dan penyakit kulit. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga menjadi ancaman seiring dengan terjadinya kebakaran hutan.
Selain dampak diatas, tercatat beberapa kejadian luar biasa yang mengindikasikan terjadinya pemanasan global, yaitu :
- Tahun 2005 merupakan tahun terpanas. NASA melaporkan bahwa temperatur rata-rata global telah meningkat 0,060 C.
- Pencairan Artik terbesar terjadi di tahun 2005. Hasil foto salah satu satelit menunjukkan area yang tertutup es permanen merupakan area tersempit pada akhir musim panas tahun 2005.
- Tahun 2005 merupakan tahun dengan air di Karibia terpanas, lebih lama dari yang pernah terjadi dan menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) besar-besaran di sepanjang wilayah mulai dari Karibia hingga Florida Keys, Amerika Serikat.
- Tahun 2005 tercatat sebagai tahun dengan nama badai terbanyak. Terdapat 26 nama badai yang melampaui daftar nama resmi. Pada tahun ini juga terdapat sekitar 14 badai, yang disebut sebagai badai hebat (hurricane), karena memiliki kecepatan angin melebihi 119 km/jam. Rekor tahun sebelumnya hanya 12 badai dalam setahun. Tahun 2005 juga merupakan tahun dengan kategori 5 badai terbanyak dengan kecepatan angin 249 km/jam. Tahun 2005 merupakan tahun yang mengalami kerugian termahal akibat badai.
- Tahun 2005 merupakan tahun terkering yang pernah terjadi sejak beberapa dekade lalu di Amazon, Amerika Selatan. Dan Amerika bagian barat menderita akibat kekeringan yang panjang.
Sumber informasi :
Bumi Makin Panas (booklet). 2004. Diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup, JICA dan Yayasan Pelangi.
Indonesia dan Perubahan Iklim (booklet). Program Iklim dan Energi, WWF-Indonesia. www.wwf.or.id/climate
Climate Change Scenarios for Indonesia (leaflet). 1999. Diterbitkan oleh Climatic Research Unit (CRU), UEA, UK dan WWF.
Perilaku Ramah Lingkungan. 2007. Website WWF Indonesia : www.wwf.or.id
Bumi Makin Panas (booklet). 2004. Diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup, JICA dan Yayasan Pelangi.
Indonesia dan Perubahan Iklim (booklet). Program Iklim dan Energi, WWF-Indonesia. www.wwf.or.id/climate
Climate Change Scenarios for Indonesia (leaflet). 1999. Diterbitkan oleh Climatic Research Unit (CRU), UEA, UK dan WWF.
Perilaku Ramah Lingkungan. 2007. Website WWF Indonesia : www.wwf.or.id
Cara Mengatasi Pemanasan Global (Global Warming)
Masalah global ini tidak akan dapat diselesaikan jika hanya terus berharap pada pemerintah. Masyarakat harus saling bahu-membahu untuk mengurangi sekaligus memperlambat terjadinya global warming. Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak dari global warming/pemanasan global. Postingan ini akan membahas sedikit saja mengenai hal-hal apa yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir terjadinya pemanasan global.
1. Hematlah Pemakaian Listrik
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat pemakaian listrik seperti: mematikan lampu dan listrik ketika sedang tidak digunakan, menggunakan lampu hemat energi, matikan pemanas nasi selama beberapa jam untuk mengurangi penggunaan listrik, jangan sering memasukkan makanan panas langsung ke dalam kulkas, serta jangan sering-sering membuka pintu kulkas terlalu lama.
2. Hematlah Pemakaian Air
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat pemakaian air dapat anda baca dipostingan saya sebelumnya. Baca Cara penghematan Air.
3. Reuse (Menggunakan Kembali)
Misalnya, menggunakan kembali kantong plastik untuk membawa belanjaan, membawa tas kertas sendiri dari rumah saat berbelanja, belilah produk-produk yang bisa didisi ulang, gunakan koran atau kertas bekas untuk membungkus barang, dll.
4. Reduce (Mengurangi/Menghemat)
Misalnya, belilah barang-barang mebel atau peralatan dapur yang benar-benar dibutuhkan, kurangi makanan cepat saji, kurangi penggunaan pestisida, hindari membeli produk dari hewan/tumbuhan langka, kurangi produksi limbah rumah tangga, dll.
5. Recycle (Mendaur Ulang)
Mulailah gunakan pakaian yang cukup ramah bagi lingkungan, gunakan botol-botol bekas untuk keperluan lain, misal jadi vas bunga, kreasikan barang bekas menjadi barang yang memiliki nilai jual, pisahkan sampah organik dan anorganik, buatlah pupuk kompos dari limbah dapur dan daun/ranting pohon yang berterbaran disekitar rumah, dll.
6. Usahakan lakukan penghijauan/reboisasi
Salah satu cara termudah adalah dengan menanam pohon pelindung disekitar rumah atau membuat taman disekitar rumah agar rumah jadi tampak hijau.
7. Jangan sering-sering naik kendaraan pribadi
Jika memungkinkan untuk naik angkutan umum, lebih baik anda mulai terbiasa untuk melakukannya. Selain menghemat bahan bakar, anda juga dapat mengurangi jumlah polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang telah menyebabkan semakin seringnya terjadi hujan asam yang merusak lingkungan.
Masih banyak cara lain yang dapat anda, saya dan kita semua lakukan untuk mencegah dan mengurangi dampak global warming dan pemanasan gobal yang terus mengancam kehidupan makhluk hidup di dunia ini. Setiap hal kecil yang kita lakukan untuk mengatasi pemanasan global tentunya akan semakin membuat hidup dan kehidupan anak cucu kita di masa mendatang akan lebih baik dan tidak terpuruk karena ulah yang kita lakukan di masa lampau. Mari kita atasi global warming bersama-sama!.
Read more: http://www.teguhsantoso.com/2011/03/cara-mengatasi-pemanasan-global-global-warming.html#ixzz29e9XVJuP
LIMBAH PABRIK
LIMBAH PABRIK
Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan
masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbuh
tumpukan limbah atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal
ini berakibat pada kehidupan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga
menurunkan kualitas kehidupan terutama pada lingkungan sekitar.
Teknologi yang
dapat digunakan untuk mengatasi berbagai limbah cair :
1. Pengolahan limbah dengan menggunakan teknik
radiasi
Mekanisme interaksi radiasi pengion dengan air dapat menyebabkan terbentuknya
spesi-spesi (H+, . OH, H. , eaq- , H2O2 dan H2 dalam spur). Spesi-spesi ini
merupakan produk primer radiolisis air yang keluar dari spur dan akan bereaksi
dengan zat terlarut (macam-macam pencemar organik) serta menguraikannya. Metode
radiasi adalah salah satu alternatif yang diharapkan dapat menyelesaikan
masalah ini.
Pengolahan limbah dengan menggunakan tehnik
radiasi mempunyai kemampuan menurunkan kebutuhan oksigen (KOK) dan kebutuhan
oksigen biologi (KOB). Metode radiasi ini mempelajari radiolisis zat warna
standar larut dalam air, efek udara dan pH pada penguraiannya. Diharapkan zat
warna tersebut akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan
tidak toksis, akibat interaksinya dengan sinar pengion sehingga dapat
diaplikasikan dalam pengolahan limbah tekstil.
2. Pengolahan limbah dengan teknologi ozone
Untuk mengatasi masalah limbah organik ini, teknologi ozone mulai dipergunakan
dalam proses pengolahan limbah cair. Teknologi ini dikenal dapat membersihkan
limbah cair hingga mendekati 100 persen. Ozone yang dikenal sebagai oksidan
kuat, selain dapat menghancurkan senyawa-senyawa organik, juga sekaligus dapat
membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah yang telah diuraikan .
Meskipun demikian masih ada beberapa kendala
yang harus diselesaikan pada teknologi ozone ini, seperti tingginya biaya
operasional serta adanya sisa ozone yang tertinggal dalam air setelah proses
pengolahan berlangsung. Sisa ozone yang memiliki kadar cukup tinggi, akan dapat
membahayakan manusia.
3. Pengolahan limbah dengan teknologi plasma
air
Teknologi yang kemudian diperkenalkan untuk mengatasi limbah cair setelah
teknologi ozone ini adalah teknologi plasma. Sebelum kita jelaskan lebih lanjut
tentang teknologi plasma, perlu disampaikan disini bahwa ozone sendiri dapat
dibuat dengan mempergunakan teknologi plasma (Siemens 1857). Dewasa ini
teknologi plasmalah yang paling banyak dipergunakan untuk membuat ozone.
Jadi, secara tidak langsung teknologi ozone
adalah pemanfaatan dari teknologi plasma itu sendiri. Selanjutnya, teknologi
plasma juga dapat dipergunakan secara langsung dalam proses pengolahan limbah
cair. Salah satu cara adalah dengan membuat plasma dalam air.
Seperti halnya plasma di udara, plasma dapat juga dibuat dalam air. Proses
pembuatannya sendiri hampir sama, hanya saja pembuatan plasma dalam air
memerlukan energi sedikit lebih besar dibandingkan pembuatan plasma di udara,
mengingat air adalah materi yang dapat mengalirkan arus listrik. Plasma dalam
air dapat menyebabkan timbulnya berbagai proses reaksi fisika dan kimia,
seperti sinar ultraviolet, shockwave, species aktif (OH, O, H, H2O2), thermal
proses.
Banyaknya reaksi fisika dan kimia yang
dihasilkan oleh plasma dalam air, membuat teknologi ini dapat merangkum
beberapa proses yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah. Sinar ultraviolet
yang dihasilkan mampu mengoksidasi senyawa organik sekaligus membunuh bakteri
yang terkandung dalam limbah cair.
Shockwave yang ditimbulkan mampu menghasilkan
proses super critical water yang juga berperan dalam proses pengoksidasian
senyawa organik. Dan, yang paling penting banyak dihasilkan species aktif
seperti OH, O, H, dan H2O2 yang merupakan beberapa oksidant kuat yang dapat
mengoksidasi berbagai senyawa organik sekaligus juga membunuh bakteri dalam
limbah cair tersebut. Dan, tidak ketinggalan panas yang dihasilkan oleh plasma
ini pun berperan dalam berbagai proses pengoksidasian.
Dari berbagai kelebihan proses yang
dimilikinya, teknologi plasma dalam air mulai mendapat perhatian khusus
terutama untuk mengolah limbah organik yang umumnya mengandung berbagai macam
jenis senyawa organik. Dari berbagai percobaan laboratorium, teknologi plasma
dalam air sangat efektif untuk menguraikan senyawa organik seperti TNT, phenol,
trichloroethylene, atrazine, dan berbagai jenis zat warna (dye).
Teknologi plasma untuk mengolah limbah cair
baik dengan teknologi ozone maupun dengan teknologi plasma dalam air memiliki
banyak kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional, microbiologi maupun
membran filtrasi. Diantaranya proses penguraian senyawa organik berlangsung
sangat cepat, pembuatan peralatan serta maintenance yang mudah, serta species
aktif yang dihasilkan dapat menguraikan hampir seluruh senyawa
organik.
Salah satu dampak
negatife dari industry tekstil adalah limbah cairnya. Senyawa-senyawa kimia
yang umumnya ada di dalam air limbah industri tekstil adalahsenyawa organik.
Senyawa organik ini umumnya adalah senyawa azo yaitu zatwarna yang digunakan
pada pencelupan dan pewarnaan tekstil. Kadar senyawaorganik yang ada dalam
suatu perairan dapat diukur dengan parameter ChemicalOxygen Demand (COD) atau
dengan parameter Biochemical Oxygen Demand(BOD). Sedangkan untuk melihat
kepekatan wama maka dapat dilakukan pengukuran intensitas warna. Salah satu
penanggulangan limbah tekstil adalahdengan penggunaan lumpur aktif. Lumpur
aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses
ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material
organik menjadi CO2dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan
udara yang disalurkanmelalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi
mekanik. Sel mikrobamembentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan.
Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan
limbahsecara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air
limbah.Lumpur aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks
VolumeLumpur dan Stirred Sludge Volume Index. Sebagai negara
yang sedang berkembang, Indonesia mengandalkan sektor industri. Industri
yang diandalkan salah satunya adalah
industri tekstil. Sejarah pertekstilan Indonesia dapat dikatakan
dimulai dari industri rumahan tahun 1929dimulai dari sub-sektor pertenunan
(weaving) dan perajutan (knitting) denganmenggunakan alat Textile
Inrichting Bandung (TIB) Gethouw atau yang
dikenaldengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diciptakan olehDaalennoord
pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil tradisional sepertisarung, kain
panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang. Penggunaan ATBMmulai tergeser
oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama kali digunakan padatahun 1939 di
Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah tersebut mendapat pasokanlistrik pada
tahun 1935. Dan sejak itu industri TPT Indonesia mulai memasuki erateknologi
dengan menggunakan ATM.Dalam
proses industri pastilah selalu menghasilkan limbah. Pengelolaanlimbah cair dalam
proses produksi dimaksudkan untuk meminimalkan limbahyang
terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi dan toksisitas yang
jugaminimal. Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksidimaksudkan
untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yangterkandung
didalamnya sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upayaminimisasi limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste
treatment),hingga pembuangan limbah produksi (disposal).Untuk menjamin
terpeliharanya sumber daya air dari pembuangan limbahindustri, pemerintah dalam
hal ini Menteri Negara KLH telah menetapkan bakumutu limbah cair bagi kegiatan
yang sudah beroperasi yang dituangkan
dalamKeputusan Menteri Negara KLH Nomor: Kep-03/KLH/ II/1991. Agar dapatmemenuhi
baku mutu, limbah cair harus diolah dan pengolahan limbah
tersebutmemerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit. Maka pengolahan limbah cair harus dilakukan secara cermat dan terpadu di dalam proses produksi dan setelah proses produksi agar pengendalian berlangsungdengan
efektif dan efisien.Proses industri
tekstil sendiri menghasilkan limbah cair.
Limbah tekstilmerupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan
dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas
menghasilkan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan
bahan sistesis
· Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia
rata-rata mengandung 750mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan
COD : BOD adalahdalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam
menghasilkan beban yanglebih besar. Beban tiap ton produk
lebih besar untuk operasi
kecil dibandingkandengan operasi modern yang besar,
berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional
belum ditemukan.
Tekstil adalah bahan
yang berasal dari serat yang diolah menjadi benangatau kain sebagai bahan untuk
pembuatan busana dan berbagai produk kerajinanlainnya. Dari pengertian tekstil
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk
serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat.
Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkanmenurut jenisnya sebagai
berikut:1.Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang,
kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)2.Berdasar jenis bahannya:
serat alam, serat sintetis, serat campuran3.Berdasarkan jenis warna/motifnya:
putih, berwarna, bermotif/bergambar 4.Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun,
rajut, renda, kempa. benangtunggal, benang gintir
· Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah
menjadi barang jadi tekstildengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas
dibersihkan sebelumdisatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi
benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas
dikanji agar seratmenjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah
pati, perekatgelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa
(CMC).Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses
kering.Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk
pati)atau hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas
dapatmemakai enzim. Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan
pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkankotoran
dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan perendamandalam natrium
hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan
kekuatannya.Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam
perasetatdan asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk
pewarnaan.Kapas memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain
buatan(seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).Pewarnaan serat,
benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau denganmemakai proses kontinyu,
tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun.Di Indonesia denim biru
(kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantarakegiatan pemberian warna.
Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau
kasa.Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zatwarna
alam dan zat warna sintetik. Van Croft menggolongkan zat warna berdasarkan
pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnaiserat disebutnya
sebagai zat warna substantif dan zat warna yang memerlukan zat-zat pembantu
supaya dapat mewarnai serat disebut zat reaktif. Kemudian Henneck membagi zat
warna menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkannya,yakni zat warna
monogenetik apabila memberikan hanya satu warna dan zatwarna poligenatik
apabila dapat memberikan beberapa warna. Penggolongan zatwarna yang lebih umum
dikenal adalah berdasarkan konstitusi (struktur molekul)dan berdasarkan
aplikasi (cara pewarnaannya) pada bahan, misalnya didalam pencelupan dan
pencapan bahan tekstil, kulit, kertas dan bahan-bahan lain
penyusunnya.
Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses
pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang
ditenunmenjadi kain kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi
produk jadi. Oleh karena itu untuk memahami lebih jauh tentang bahan
tekstil diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis
serat dan teknik pengolahannya menjadi bahan tekstil.Karakteristik dan
sifat serat juga sangat menentukan proses pengolahannya baik dari sisi
penmilihan peralatan , prosedur pengerjaan maupun jenis zat-zatkimia yang
digunakan. Selama proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serattidak akan
hilang. Proses pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk
memperbaiki,meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat
tersebut sehinggamenjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan
pemakaiannya.Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil.
Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut
1. Perbandingan panjang
dan lebar yang besar
2. Kekuatan yang
cukup
3. Fleksibilitas tinggi
4. Kemampuan Mulur dan
elastis
5. Cukup keriting agar
memiliki daya kohesi antar serat
6. Memiliki daya serap
terhadap air
7. Tahan terhadap
sinar dan panas
8. Tidak rusak dalam
pencucian
9. Tersedia dalam jumlah
besar
10. Tahan terhadap zat
kimia tertentu
KESIMPULANNYA :
Pengolahan air limbah
pada umumnya dilakukan dengan menggunakanmetode Biologi. Metode ini merupakan
metode yang paling efektif
dibandingkandengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metodeBiologi
adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis
untuk menguraikan material yang terkandung di dalam
air limbah. Mikroorganismesendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, jugamenjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.Metode pengolahan
lumpur aktif (activated sludge) adalah
merupakan proses pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.Dewasa
ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan air
limbahyang paling banyak dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini mengingatmetode
lumpur aktif dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah dari
berbagai jenis industri seperti industri pangan, pulp, kertas, tekstil,
bahan kimia dan obat-obatan. Namun, dalam pelaksanaannya metode lumpur aktif
banyak mengalamikendala, di antaranya :1. Diperlukan areal instalasi pengolahan
limbah yang luas, mengingat proseslumpur aktif berlangsung dalam waktu yang
lama, bisa
berhari-hari.2. Timbulnya limbah baru, di mana terjadi kelebihan endapan lumpur dari pertumbuhan mikroorganisme yang kemudian menjadi limbah baru yangmemerlukan
proses lanjutan.
Langganan:
Postingan (Atom)