LIMBAH PABRIK
Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan
masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbuh
tumpukan limbah atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal
ini berakibat pada kehidupan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga
menurunkan kualitas kehidupan terutama pada lingkungan sekitar.
Teknologi yang
dapat digunakan untuk mengatasi berbagai limbah cair :
1. Pengolahan limbah dengan menggunakan teknik
radiasi
Mekanisme interaksi radiasi pengion dengan air dapat menyebabkan terbentuknya
spesi-spesi (H+, . OH, H. , eaq- , H2O2 dan H2 dalam spur). Spesi-spesi ini
merupakan produk primer radiolisis air yang keluar dari spur dan akan bereaksi
dengan zat terlarut (macam-macam pencemar organik) serta menguraikannya. Metode
radiasi adalah salah satu alternatif yang diharapkan dapat menyelesaikan
masalah ini.
Pengolahan limbah dengan menggunakan tehnik
radiasi mempunyai kemampuan menurunkan kebutuhan oksigen (KOK) dan kebutuhan
oksigen biologi (KOB). Metode radiasi ini mempelajari radiolisis zat warna
standar larut dalam air, efek udara dan pH pada penguraiannya. Diharapkan zat
warna tersebut akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan
tidak toksis, akibat interaksinya dengan sinar pengion sehingga dapat
diaplikasikan dalam pengolahan limbah tekstil.
2. Pengolahan limbah dengan teknologi ozone
Untuk mengatasi masalah limbah organik ini, teknologi ozone mulai dipergunakan
dalam proses pengolahan limbah cair. Teknologi ini dikenal dapat membersihkan
limbah cair hingga mendekati 100 persen. Ozone yang dikenal sebagai oksidan
kuat, selain dapat menghancurkan senyawa-senyawa organik, juga sekaligus dapat
membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah yang telah diuraikan .
Meskipun demikian masih ada beberapa kendala
yang harus diselesaikan pada teknologi ozone ini, seperti tingginya biaya
operasional serta adanya sisa ozone yang tertinggal dalam air setelah proses
pengolahan berlangsung. Sisa ozone yang memiliki kadar cukup tinggi, akan dapat
membahayakan manusia.
3. Pengolahan limbah dengan teknologi plasma
air
Teknologi yang kemudian diperkenalkan untuk mengatasi limbah cair setelah
teknologi ozone ini adalah teknologi plasma. Sebelum kita jelaskan lebih lanjut
tentang teknologi plasma, perlu disampaikan disini bahwa ozone sendiri dapat
dibuat dengan mempergunakan teknologi plasma (Siemens 1857). Dewasa ini
teknologi plasmalah yang paling banyak dipergunakan untuk membuat ozone.
Jadi, secara tidak langsung teknologi ozone
adalah pemanfaatan dari teknologi plasma itu sendiri. Selanjutnya, teknologi
plasma juga dapat dipergunakan secara langsung dalam proses pengolahan limbah
cair. Salah satu cara adalah dengan membuat plasma dalam air.
Seperti halnya plasma di udara, plasma dapat juga dibuat dalam air. Proses
pembuatannya sendiri hampir sama, hanya saja pembuatan plasma dalam air
memerlukan energi sedikit lebih besar dibandingkan pembuatan plasma di udara,
mengingat air adalah materi yang dapat mengalirkan arus listrik. Plasma dalam
air dapat menyebabkan timbulnya berbagai proses reaksi fisika dan kimia,
seperti sinar ultraviolet, shockwave, species aktif (OH, O, H, H2O2), thermal
proses.
Banyaknya reaksi fisika dan kimia yang
dihasilkan oleh plasma dalam air, membuat teknologi ini dapat merangkum
beberapa proses yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah. Sinar ultraviolet
yang dihasilkan mampu mengoksidasi senyawa organik sekaligus membunuh bakteri
yang terkandung dalam limbah cair.
Shockwave yang ditimbulkan mampu menghasilkan
proses super critical water yang juga berperan dalam proses pengoksidasian
senyawa organik. Dan, yang paling penting banyak dihasilkan species aktif
seperti OH, O, H, dan H2O2 yang merupakan beberapa oksidant kuat yang dapat
mengoksidasi berbagai senyawa organik sekaligus juga membunuh bakteri dalam
limbah cair tersebut. Dan, tidak ketinggalan panas yang dihasilkan oleh plasma
ini pun berperan dalam berbagai proses pengoksidasian.
Dari berbagai kelebihan proses yang
dimilikinya, teknologi plasma dalam air mulai mendapat perhatian khusus
terutama untuk mengolah limbah organik yang umumnya mengandung berbagai macam
jenis senyawa organik. Dari berbagai percobaan laboratorium, teknologi plasma
dalam air sangat efektif untuk menguraikan senyawa organik seperti TNT, phenol,
trichloroethylene, atrazine, dan berbagai jenis zat warna (dye).
Teknologi plasma untuk mengolah limbah cair
baik dengan teknologi ozone maupun dengan teknologi plasma dalam air memiliki
banyak kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional, microbiologi maupun
membran filtrasi. Diantaranya proses penguraian senyawa organik berlangsung
sangat cepat, pembuatan peralatan serta maintenance yang mudah, serta species
aktif yang dihasilkan dapat menguraikan hampir seluruh senyawa
organik.
Salah satu dampak
negatife dari industry tekstil adalah limbah cairnya. Senyawa-senyawa kimia
yang umumnya ada di dalam air limbah industri tekstil adalahsenyawa organik.
Senyawa organik ini umumnya adalah senyawa azo yaitu zatwarna yang digunakan
pada pencelupan dan pewarnaan tekstil. Kadar senyawaorganik yang ada dalam
suatu perairan dapat diukur dengan parameter ChemicalOxygen Demand (COD) atau
dengan parameter Biochemical Oxygen Demand(BOD). Sedangkan untuk melihat
kepekatan wama maka dapat dilakukan pengukuran intensitas warna. Salah satu
penanggulangan limbah tekstil adalahdengan penggunaan lumpur aktif. Lumpur
aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses
ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material
organik menjadi CO2dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan
udara yang disalurkanmelalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi
mekanik. Sel mikrobamembentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan.
Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan
limbahsecara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air
limbah.Lumpur aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks
VolumeLumpur dan Stirred Sludge Volume Index. Sebagai negara
yang sedang berkembang, Indonesia mengandalkan sektor industri. Industri
yang diandalkan salah satunya adalah
industri tekstil. Sejarah pertekstilan Indonesia dapat dikatakan
dimulai dari industri rumahan tahun 1929dimulai dari sub-sektor pertenunan
(weaving) dan perajutan (knitting) denganmenggunakan alat Textile
Inrichting Bandung (TIB) Gethouw atau yang
dikenaldengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diciptakan olehDaalennoord
pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil tradisional sepertisarung, kain
panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang. Penggunaan ATBMmulai tergeser
oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama kali digunakan padatahun 1939 di
Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah tersebut mendapat pasokanlistrik pada
tahun 1935. Dan sejak itu industri TPT Indonesia mulai memasuki erateknologi
dengan menggunakan ATM.Dalam
proses industri pastilah selalu menghasilkan limbah. Pengelolaanlimbah cair dalam
proses produksi dimaksudkan untuk meminimalkan limbahyang
terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi dan toksisitas yang
jugaminimal. Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksidimaksudkan
untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yangterkandung
didalamnya sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upayaminimisasi limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste
treatment),hingga pembuangan limbah produksi (disposal).Untuk menjamin
terpeliharanya sumber daya air dari pembuangan limbahindustri, pemerintah dalam
hal ini Menteri Negara KLH telah menetapkan bakumutu limbah cair bagi kegiatan
yang sudah beroperasi yang dituangkan
dalamKeputusan Menteri Negara KLH Nomor: Kep-03/KLH/ II/1991. Agar dapatmemenuhi
baku mutu, limbah cair harus diolah dan pengolahan limbah
tersebutmemerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit. Maka pengolahan limbah cair harus dilakukan secara cermat dan terpadu di dalam proses produksi dan setelah proses produksi agar pengendalian berlangsungdengan
efektif dan efisien.Proses industri
tekstil sendiri menghasilkan limbah cair.
Limbah tekstilmerupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan
dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas
menghasilkan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan
bahan sistesis
· Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia
rata-rata mengandung 750mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan
COD : BOD adalahdalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam
menghasilkan beban yanglebih besar. Beban tiap ton produk
lebih besar untuk operasi
kecil dibandingkandengan operasi modern yang besar,
berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional
belum ditemukan.
Tekstil adalah bahan
yang berasal dari serat yang diolah menjadi benangatau kain sebagai bahan untuk
pembuatan busana dan berbagai produk kerajinanlainnya. Dari pengertian tekstil
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk
serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat.
Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkanmenurut jenisnya sebagai
berikut:1.Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang,
kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)2.Berdasar jenis bahannya:
serat alam, serat sintetis, serat campuran3.Berdasarkan jenis warna/motifnya:
putih, berwarna, bermotif/bergambar 4.Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun,
rajut, renda, kempa. benangtunggal, benang gintir
· Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah
menjadi barang jadi tekstildengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas
dibersihkan sebelumdisatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi
benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas
dikanji agar seratmenjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah
pati, perekatgelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa
(CMC).Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses
kering.Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk
pati)atau hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas
dapatmemakai enzim. Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan
pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkankotoran
dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan perendamandalam natrium
hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan
kekuatannya.Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam
perasetatdan asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk
pewarnaan.Kapas memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain
buatan(seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).Pewarnaan serat,
benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau denganmemakai proses kontinyu,
tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun.Di Indonesia denim biru
(kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantarakegiatan pemberian warna.
Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau
kasa.Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zatwarna
alam dan zat warna sintetik. Van Croft menggolongkan zat warna berdasarkan
pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnaiserat disebutnya
sebagai zat warna substantif dan zat warna yang memerlukan zat-zat pembantu
supaya dapat mewarnai serat disebut zat reaktif. Kemudian Henneck membagi zat
warna menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkannya,yakni zat warna
monogenetik apabila memberikan hanya satu warna dan zatwarna poligenatik
apabila dapat memberikan beberapa warna. Penggolongan zatwarna yang lebih umum
dikenal adalah berdasarkan konstitusi (struktur molekul)dan berdasarkan
aplikasi (cara pewarnaannya) pada bahan, misalnya didalam pencelupan dan
pencapan bahan tekstil, kulit, kertas dan bahan-bahan lain
penyusunnya.
Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses
pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang
ditenunmenjadi kain kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi
produk jadi. Oleh karena itu untuk memahami lebih jauh tentang bahan
tekstil diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis
serat dan teknik pengolahannya menjadi bahan tekstil.Karakteristik dan
sifat serat juga sangat menentukan proses pengolahannya baik dari sisi
penmilihan peralatan , prosedur pengerjaan maupun jenis zat-zatkimia yang
digunakan. Selama proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serattidak akan
hilang. Proses pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk
memperbaiki,meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat
tersebut sehinggamenjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan
pemakaiannya.Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil.
Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut
1. Perbandingan panjang
dan lebar yang besar
2. Kekuatan yang
cukup
3. Fleksibilitas tinggi
4. Kemampuan Mulur dan
elastis
5. Cukup keriting agar
memiliki daya kohesi antar serat
6. Memiliki daya serap
terhadap air
7. Tahan terhadap
sinar dan panas
8. Tidak rusak dalam
pencucian
9. Tersedia dalam jumlah
besar
10. Tahan terhadap zat
kimia tertentu
KESIMPULANNYA :
Pengolahan air limbah
pada umumnya dilakukan dengan menggunakanmetode Biologi. Metode ini merupakan
metode yang paling efektif
dibandingkandengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metodeBiologi
adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis
untuk menguraikan material yang terkandung di dalam
air limbah. Mikroorganismesendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, jugamenjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.Metode pengolahan
lumpur aktif (activated sludge) adalah
merupakan proses pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.Dewasa
ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan air
limbahyang paling banyak dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini mengingatmetode
lumpur aktif dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah dari
berbagai jenis industri seperti industri pangan, pulp, kertas, tekstil,
bahan kimia dan obat-obatan. Namun, dalam pelaksanaannya metode lumpur aktif
banyak mengalamikendala, di antaranya :1. Diperlukan areal instalasi pengolahan
limbah yang luas, mengingat proseslumpur aktif berlangsung dalam waktu yang
lama, bisa
berhari-hari.2. Timbulnya limbah baru, di mana terjadi kelebihan endapan lumpur dari pertumbuhan mikroorganisme yang kemudian menjadi limbah baru yangmemerlukan
proses lanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar