PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
Masalah lingkungan bagi para ahli biologi sudah sejak lama
menjadi perhatian. Hal ini
tidaklah mengejutkan karena ekologi yang kajiannya tentang
interaksi antara organisme dengan
sekarang dihadapi oleh seluruh bangsa adalah masalah yang
berkaitan dengan kepentingan hidup
manusia yang pada hakekatnya adalah masalah ekologi dan
lebih khusus lagi masalah ekologi
manusia.
Suatu masalah dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menghalangi atau merintangi keinginan
atau harapan manusia. Masalah dipersepsikan sebagai
kesenjangan diantara realita dan harapanharapan
kita yang semestinya. Dengan demikian masalah lingkungan
adalah kondisi-kondisi
lingkungan biofisik yang merintangi kepuasan dan kebutuhan
manusia untuk kesehatan dan
kebahagiaan (Swan & Stapp, 1974). Berkaitan dengan
kebutuhan manusia ada satu teori yang
dikemukakan Maslow (1970) yang disebut Grumbles theory
(Teori keluhan) atau Maslow’s
hierarchy yang diawali dengan kebutuhan paling dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis seperti makanan
dan air sampai kepada kebutuhan fisiologis seperti
keselamatan, rasa dicintai dan mencintai, rasa
memiliki sampai kepada aktualisasi diri. Bila
kebutuhan-kebutuhan tersebut tak dapat dipenuhi
karena sesuatu hal maka manusia akan mengeluh dan hal tersebut
merupakan masalah. Dalam
kaitannya dengan lingkungan maka lingkungan yang menjadi
rintangan atau penghalang untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Masalah tersebut timbul karena
ada perubahan di dalam lingkungan
sehingga lingkungan tersebut tidak sesuai lagi dan tidak
mendukung kehidupan manusia serta
mengganggu kesejahteraan hidupnya (Soemarwoto, 1992).
Lingkungan yang dimaksudkan adalah
lingkungan hidup, yaitu segala benda, kondisi dan pengaruh
yang terdapat dalam ruang yang kita
tempati dan mempengaruhi hal, hal yang hidup termasuk
manusia. Dengan demikian maka masalah
lingkungan tersebut bersumber pada ketidakseimbangan dalam
lingkungan hidup manusia (Salim,
1982).Masalah lingkungan bukan lagi menjadi masalah suatu bangsa
dan negara saja tetapi
seluruh dunia dihadapkan pada masalah yang sangat kompleks
dan pelik. Kita bahkan semua
lapisan masyarakat sudah tahu tentang masalah tersebut
sehingga tak perlu dirinci satu persatu.
3.Kompleksnya dan menyeluruhnya masalah lingkungan dapat
dibuktikan dengan tayangan di
berbagai media cetak dan media elektronik yang hampir tiap
hari dimunculkan. Dari sekian banyak
permasalahan yang dihadapi mulai dari masalah pangan,
energi, kerusakan lingkungan,
industrialisasi, pencemaran, pengangguran perekonomian
sampai masalah sosial sepintas
tampaknya terpisah-pisah tetapi kalau dicermati akan tampak
bahwa permasalahan tersebut saling
kait mengait dan bersumber pada rangkaian masalah pokok,
yaitu: dinamika kependudukan,
pengembangan sumber daya alam dan energi, pertumbuhan
ekonomi dan perkembangan ilmu dan
teknologi serta benturan terhadap tata lingkungan (Zen,
1979).(Gambar 1)
Gambar 1. Interaksi antara dinamika kependudukan,
pengembangan
SDA dan energi, Pertumbuhan ekonomi, Perkembangan
IPTEK serta benturan terhadap tata lingkungan (Zen, 1979)
4
Ada dua hal yang paling menggoncangkan keseimbangan
lingkungan, yaitu perkembangan
ilmu dan teknologi serta ledakan penduduk (Salim, 1981).
Perkembangan IPTEK telah mengubah
keadaan lingkungan tempat hidup sehingga menimbulkan
gangguan. Ledakan penduduk yang
terjadi telah memicu percepatan perubahan lingkungan agar
kebutuhan manusia dapat terpenuhi.
Ledakan penduduk telah mendorong keharusan untuk melancarkan
pembangunan sekaligus dengan
pengembangan lingkungan.
Untuk dapat memulihkan keseimbangan lingkungan yang rusak
adalah penting untuk
menciptakan keragaman dalam sistem lingkungan. Semakin
beragam isi lingkungan maka makin
stabil sistem tersebut. Beragamnya isi lingkungan akan
memperbesar daya dukung lingkungan
untuk menampung gangguan-gangguan. Pembangunan pada
hakekatnya menimbulkan keragaman
dan diversifikasi dalam kegiatan ekonomi (Salim, 1981).
Semakin beragam kegiatan ekonomi
semakin besar kemampuan ekonomi negara itu untuk tumbuh
cepat dan stabil. Namun demikian,
keragaman dalam kegiatan ekonomi harus sejalan dengan usaha
meragamkan sistem lingkungan.
Hal ini hanya mungkin apabila dalam proses pembangunan sudah
diperhitungkan segi lingkungan
hidup dan diusahakan keselarasan antara pengembangan
keragaman kegiatan ekonomi dengan
pengembangan keragaman sistem lingkungan.
Proses pembangunan sebenarnya sudah berjalan sejak lama.
Namun pergolakan ekonomi
dalam tahun 1970-an sangat membingungkan yaitu dengan
tingginya inflasi dan pengangguran
yang tinggi pula. Para ahli ekonomi sependapat bahwa ada
sesuatu yang tak beres tetapi tidak
banyak yang menyadari bahwa perkembangan ekonomi secara
global dalam tiga dasawarsa terakhir
terus meningkat di negara maju dan sebagian negara
berkembang disertai laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi pula (Brown, 1982). Pertumbuhan
penduduk yang tinggi secara cepat telah
melampaui batas daya tampung sistem biologi bumi disertai
dengan menyusutnya sumber daya.
Dengan demikian permasalahan lingkungan berakar pada
hubungan jumlah penduduk dengan
sistem alam serta sumber dayanya. Pada dasarnya perekonomian
dunia berdasar pada empat sistem
biologis yaitu tanah pertanian, padang rumput, kehutanan,
dan perikanan (Brown, 1982). Selain
sebagai sumber pangan juga merupakan sumber bahan mentah
untuk industri.
Pengaruh samping dari pembangunan seperti menyusutnya sumber
daya dan pencemaran
telah mengancam kehidupan manusia di seluruh dunia tak
terkecuali negara maju. Adanya
permasalahan lingkungan ini mendapat perhatian dalam
dasawarsa tahun 1970-an setelah diadakan
Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm tahun
1972 dan sekarang dikenal dengan
5
Konferensi Stockholm dan hari pembukaan konferensi tanggal 5
Juni telah disepakati untuk
dijadikan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Namun demikian
setelah 30 tahun konferensi tersebut
ternyata masalah linglkungan semakin menjadi alias tak mampu
mengatasi masalah lingkungan.
Negara maju masih dengan pola hidupnya yang mewah, boros dan
pencemaran, sebaliknya negara
berkembang makin mengeksploitasi sumber daya alamnya untuk
memacu pembangunan dan untuk
membayar utang luar negerinya. Dengan kemampuan ekonomi,
teknologi dan kesadaran
lingkungan yang masih terbatas maka peningkatan pembangunan
tidak diimbangi dengan
perlindungan lingkungan. Akibatnya kerusakan lingkungan
akibat overeksploitasi dan pencemaran
di negara berkembang masih tetap saja berlangsung. Bagaimana
seharusnya memecahkan masalah
lingkungan tersebut?
A. PERMASLAHAN
PENDUDUK INDONESIA
1. Masalah Penduduk
yang Bersifat Kuantitatif
a. Jumlah Penduduk
Besar
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam
pelaksanaan pembangunan karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat
jumlah penduduk yang besar:
1) Penyediaan
tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
2) Mempertahankan
keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia
yang berpenduduk
besar, yaitu nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup
rumit yaitu:
1) Pemerintah
harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan
pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga berakibat
seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya pemukiman
kumuh.
2) Penyediaan
lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas
sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit
diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta
untuk mengatasi masalah ini.
b. Pertumbuhan
Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif
cepat, walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan
penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun,
tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6%
pertahun. Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak
dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Dalam program ini setiap keluarga
dianjurkan mempunyai dua atau tiga anak saja atau merupakan keluarga kecil.Dengan
terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga
dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dua tujuan pokok Program Keluarga Berencana yaitu:
a. Menurunkan angka
kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan peningkatan produksi.
b. Meningkatkan
kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera
c. Persebaran
Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik
persebaran antarpulau, provinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan
pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah
daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk Indonesia Perkembangan
kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi, yaitu tahun 1980
sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa dan
tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan
pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan
permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum
dimanfaatkan secara optimal karena
kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar
Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian
tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan
bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
2. Masalah
Penduduk yang Bersifat Kualitatif
a. Tingkat
Kesehatan Penduduk yang rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas
kesehatan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat
kualitas kesehatan penduduk adalah dengan melihat:
1)Angka Kematian
2)Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan
penduduk yang rendah. Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat
kesehatan penduduk yang baik. Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat
dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin tinggi pendapatan penduduk maka
pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin tinggi. Penduduk yang
pendapatannya tinggi dapat menikmati
kualitas makanan yang memenuhi standar kesehatan.
b. Tingkat
Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk
mengukur kualitas SDM penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan
produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya
produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak
orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur. Keadaan demikian tentu
sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi beban bagi orang lain
(keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan
berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan
dalam bidang pendidikan yang dilakuka oleh pemerintah membawa dampak positif
yang signifikan terhadap kesejahteraan penduduk.
c. Tingkat
Kemakmuran yang Rendah
Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk
Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta
penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan menurut standard yang
ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding lurus dengan kualitas SDM. Semakin tinggi
kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya. Banyak negara
yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran penduduknya tinggi.
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam. Mengapa banyak
penduduk Indonesia yang hidup miskin?
B. DAMPAK
PERMASALAHAN PENDUDUK TERHADAP PEMBANGUNAN
Penduduk adalah objek dan subyek pembangunan. Sebagai objek,
penduduk adalah sasaran pembangunan. Sebagai subyek, penduduk adalah pelaku
pembangunan. Peranan penduduk sebagai subyek menentukan arah dan keberhasilan
pembangunan. Potensi dan tantangan pembangunan ditentukan oleh keadaan riil
kependudukan dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Bagaimana
potensi dan tantangan pembangunan di Indonesia? Kekayaan sumber daya alam yang
ada di bumi Indonesia sangat besar. Ini merupakan suatu potensi. Masalahnya adalah sanggupkah penduduk Indonesia mengeksploitasi
dan mengelola sumber daya alam yang melimpah itu? Fakta menunjukkan bahwa eksploitasi sumber
daya alam (penambangan) di Indonesia banyak dilakukan oleh perusahaan asing.
Proyek-proyek pembangunan oleh pemerintah juga sering menggunakan bantuan
(assistance) perusahaan asing.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal dan teknologi
yang dimiliki penduduk Indonesia. Penguasaan teknologi dan kepemilikan modal
terkait dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) penduduk Indonesia. Rendahnya
kualitas sumber daya manusia penduduk Indonesia ditunjukkan dengan GDP
perkapita yang relatif rendah. Kualitas
sumber daya manusia penduduk Indonesia yang rendah merupakan penghambat pembangunan.
Secara terperinci faktor kependudukan yang menghambat pembangunan adalah:
1. Rendahnya
kualitas SDM penduduk Indonesia
Salah satu indikator kemakmuran suatu negara adalah volume
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduknya. Untuk memproduksi barang dan
jasa diperlukan penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan. Penguasaan teknologi
dan ilmu pengetahuan terkait dengan kualitas SDM penduduk suatu negara. Jadi
kualitas SDM merupakan faktor penentu kemakmuran. Apa yang dapat dilakukan oleh
orang yang tidak memiliki keterampilan dan ilmu pengetahuan?
2. Pertumbuhan
penduduk yang tinggi
Penduduk merupakan potensi sekaligus beban pembangunan.
Penduduk yang berkualitas (produktif) merupakan potensi/kekuatan pembangunan.
Sedangkan penduduk dengan kualitas rendah (non produktif) merupakan beban
pembangunan. Pertumbuhan penduduk bagi suatu negara dapat menjadi kekuatan
sekaligus beban. Ini tergantung bagaimana kualitas penduduknya. Bagi Indonesia,
pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan beban pembangunan. Mengapa? Jumlah
penduduk Indonesi saat ini sudah cukup besar. Tetapi kualitas hidupnya
(kemakmurannya) masih rendah. Apabila
pertumbuhan penduduk masih tetap tinggi, maka kualitas hidup (kemakmuran) akan
semakin menurun.
C. UPAYA-UPAYA
MENGATASI PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
Upaya yang telah
dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah:
1. Jumlah penduduk
dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana (KB).
2. Persebaran dan
Kepadatan penduduk diatasi dengan:
a. Program Transmigrasi
b. Pembangunan lebih intensif di Kawasan
Indonesia Timur.
3. Tingkat
kesehatan yang rendah diatasi dengan:
a. Pembangunan fasilitas kesehatan seperti
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
b. Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk
miskin
4. Tingkat
pendidikan yang rendah diatasi dengan:
a. Penyediaan
fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di
Indonesia.
b. Penciptaan
kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
c. Peningkatan
kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik
pemerintah
d. Penyediaan
program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja
e. Mempelopori
riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga- lembaga pemerintah
5. Tingkat pendapatan yang rendah diatasi dengan:
a. Penciptaan
perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya usaha/investasi, baik
PMDN ataupun PMA.
b. Optimalisasi
peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih banyak menyerap
tenaga kerja.
c. Penyederhanaan
birokrasi dalam perizinan usaha.
Pembangunan/menyediakan fasilitas umum (jalan, telepon) sehingga dapat
mendorong kegiatan ekonomi.
Pertumbuhan Penduduk dan Dinamika Kependudukan
pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat
kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke
luar maupun ke luar. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan
jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang
ada pada suatu daerah mengalami penurunan yang bisa disebabkan oleh banyak hal.
Pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah kelahiran dan perpindahan penduduk
dari luar ke dalam lebih besar dari jumlah kematian dan perpindahan penduduk
dari dalam ke luar.
Dinamika kependudukan adalah perubahan kependudukan untuk
suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu.
Rumus menghitung pertumbuhan penduduk :
p = (I - m) + (i - e)
p = (I - m) + (i - e)
Keterangan lengkap :
- p = pertumbuhan penduduk
- l = total kelahiran
- m = total kematian
- e = total emigran atau pendatang dari luar daerah
- i = total imigran atau penduduk yang pergi
- p = pertumbuhan penduduk
- l = total kelahiran
- m = total kematian
- e = total emigran atau pendatang dari luar daerah
- i = total imigran atau penduduk yang pergi
Cara Untuk mengatasi / Mengurangi Ledakan Penduduk dan
Laju Pertumbuhan Penduduk - Ilmu Kependudukan Biologi
Menurut Thomas Robert Malthus pertambahan jumlah penduduk
adalah seperti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan pertambahan jumlah
produksi makanan adalah bagaikan deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ...). Hal
ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan di masa depan di mana kita akan
kerurangan stok bahan makanan.
- Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya
pertumbuhan penduduk :
1. Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk
membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan
mengurangi jumlah angka kelahiran.
2. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
2. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
- Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi
pertambahan jumlah penduduk :
1. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
2. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
3. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
4. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
2. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
3. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
4. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195512191980021-YUSUF_HILMI_ADISENDJAJA/ANALISIS_DAMPAK_PEMBANGUNAN_THDP_LING.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar