""SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA""

Kamis, 18 Oktober 2012

LIMBAH PABRIK

 LIMBAH PABRIK








Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbuh tumpukan limbah atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada kehidupan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas kehidupan terutama pada lingkungan sekitar.
Teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai limbah cair :

1. Pengolahan limbah dengan menggunakan teknik radiasi

Mekanisme interaksi radiasi pengion dengan air dapat menyebabkan terbentuknya spesi-spesi (H+, . OH, H. , eaq- , H2O2 dan H2 dalam spur). Spesi-spesi ini merupakan produk primer radiolisis air yang keluar dari spur dan akan bereaksi dengan zat terlarut (macam-macam pencemar organik) serta menguraikannya. Metode radiasi adalah salah satu alternatif yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah ini.
Pengolahan limbah dengan menggunakan tehnik radiasi mempunyai kemampuan menurunkan kebutuhan oksigen (KOK) dan kebutuhan oksigen biologi (KOB). Metode radiasi ini mempelajari radiolisis zat warna standar larut dalam air, efek udara dan pH pada penguraiannya. Diharapkan zat warna tersebut akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan tidak toksis, akibat interaksinya dengan sinar pengion sehingga dapat diaplikasikan dalam pengolahan limbah tekstil.
2. Pengolahan limbah dengan teknologi ozone
Untuk mengatasi masalah limbah organik ini, teknologi ozone mulai dipergunakan dalam proses pengolahan limbah cair. Teknologi ini dikenal dapat membersihkan limbah cair hingga mendekati 100 persen. Ozone yang dikenal sebagai oksidan kuat, selain dapat menghancurkan senyawa-senyawa organik, juga sekaligus dapat membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah yang telah diuraikan .
Meskipun demikian masih ada beberapa kendala yang harus diselesaikan pada teknologi ozone ini, seperti tingginya biaya operasional serta adanya sisa ozone yang tertinggal dalam air setelah proses pengolahan berlangsung. Sisa ozone yang memiliki kadar cukup tinggi, akan dapat membahayakan manusia.
3. Pengolahan limbah dengan teknologi plasma air
Teknologi yang kemudian diperkenalkan untuk mengatasi limbah cair setelah teknologi ozone ini adalah teknologi plasma. Sebelum kita jelaskan lebih lanjut tentang teknologi plasma, perlu disampaikan disini bahwa ozone sendiri dapat dibuat dengan mempergunakan teknologi plasma (Siemens 1857). Dewasa ini teknologi plasmalah yang paling banyak dipergunakan untuk membuat ozone.
Jadi, secara tidak langsung teknologi ozone adalah pemanfaatan dari teknologi plasma itu sendiri. Selanjutnya, teknologi plasma juga dapat dipergunakan secara langsung dalam proses pengolahan limbah cair. Salah satu cara adalah dengan membuat plasma dalam air.
Seperti halnya plasma di udara, plasma dapat juga dibuat dalam air. Proses pembuatannya sendiri hampir sama, hanya saja pembuatan plasma dalam air memerlukan energi sedikit lebih besar dibandingkan pembuatan plasma di udara, mengingat air adalah materi yang dapat mengalirkan arus listrik. Plasma dalam air dapat menyebabkan timbulnya berbagai proses reaksi fisika dan kimia, seperti sinar ultraviolet, shockwave, species aktif (OH, O, H, H2O2), thermal proses.
Banyaknya reaksi fisika dan kimia yang dihasilkan oleh plasma dalam air, membuat teknologi ini dapat merangkum beberapa proses yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah. Sinar ultraviolet yang dihasilkan mampu mengoksidasi senyawa organik sekaligus membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah cair.
Shockwave yang ditimbulkan mampu menghasilkan proses super critical water yang juga berperan dalam proses pengoksidasian senyawa organik. Dan, yang paling penting banyak dihasilkan species aktif seperti OH, O, H, dan H2O2 yang merupakan beberapa oksidant kuat yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik sekaligus juga membunuh bakteri dalam limbah cair tersebut. Dan, tidak ketinggalan panas yang dihasilkan oleh plasma ini pun berperan dalam berbagai proses pengoksidasian.
Dari berbagai kelebihan proses yang dimilikinya, teknologi plasma dalam air mulai mendapat perhatian khusus terutama untuk mengolah limbah organik yang umumnya mengandung berbagai macam jenis senyawa organik. Dari berbagai percobaan laboratorium, teknologi plasma dalam air sangat efektif untuk menguraikan senyawa organik seperti TNT, phenol, trichloroethylene, atrazine, dan berbagai jenis zat warna (dye).
Teknologi plasma untuk mengolah limbah cair baik dengan teknologi ozone maupun dengan teknologi plasma dalam air memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional, microbiologi maupun membran filtrasi. Diantaranya proses penguraian senyawa organik berlangsung sangat cepat, pembuatan peralatan serta maintenance yang mudah, serta species aktif yang dihasilkan dapat menguraikan hampir seluruh senyawa 
organik.

Salah satu dampak negatife dari industry tekstil adalah limbah cairnya. Senyawa-senyawa kimia yang umumnya ada di dalam air limbah industri tekstil adalahsenyawa organik. Senyawa organik ini umumnya adalah senyawa azo yaitu zatwarna yang digunakan pada pencelupan dan pewarnaan tekstil. Kadar senyawaorganik yang ada dalam suatu perairan dapat diukur dengan parameter ChemicalOxygen Demand (COD) atau dengan parameter Biochemical Oxygen Demand(BOD). Sedangkan untuk melihat kepekatan wama maka dapat dilakukan pengukuran intensitas warna. Salah satu penanggulangan limbah tekstil adalahdengan penggunaan lumpur aktif. Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO2dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkanmelalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikrobamembentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbahsecara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah.Lumpur aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks VolumeLumpur dan Stirred Sludge Volume Index. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mengandalkan sektor industri. Industri yang diandalkan salah satunya adalah industri tekstil. Sejarah pertekstilan Indonesia dapat dikatakan dimulai dari industri rumahan tahun 1929dimulai dari sub-sektor pertenunan (weaving) dan perajutan (knitting) denganmenggunakan alat Textile Inrichting Bandung (TIB) Gethouw atau yang dikenaldengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diciptakan olehDaalennoord pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil tradisional sepertisarung, kain panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang. Penggunaan ATBMmulai tergeser oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama kali digunakan padatahun 1939 di Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah tersebut mendapat pasokanlistrik pada tahun 1935. Dan sejak itu industri TPT Indonesia mulai memasuki erateknologi dengan menggunakan ATM.Dalam proses industri pastilah selalu menghasilkan limbah. Pengelolaanlimbah cair dalam proses produksi dimaksudkan untuk meminimalkan limbahyang terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi dan toksisitas yang jugaminimal. Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksidimaksudkan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yangterkandung didalamnya sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upayaminimisasi limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment),hingga pembuangan limbah produksi (disposal).Untuk menjamin terpeliharanya sumber daya air dari pembuangan limbahindustri, pemerintah dalam hal ini Menteri Negara KLH telah menetapkan bakumutu limbah cair bagi kegiatan yang sudah beroperasi yang dituangkan dalamKeputusan Menteri Negara KLH Nomor: Kep-03/KLH/ II/1991. Agar dapatmemenuhi baku mutu, limbah cair harus diolah dan pengolahan limbah tersebutmemerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit. Maka pengolahan limbah cair harus dilakukan secara cermat dan terpadu di dalam proses produksi dan setelah proses produksi agar pengendalian berlangsungdengan efektif dan efisien.Proses industri tekstil sendiri menghasilkan limbah cair. Limbah tekstilmerupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasilkan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis
·         Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalahdalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yanglebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkandengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional belum ditemukan.
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benangatau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinanlainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkanmenurut jenisnya sebagai berikut:1.Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)2.Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran3.Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar 4.Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benangtunggal, benang gintir
·         Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstildengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelumdisatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar seratmenjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekatgelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa (CMC).Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati)atau hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapatmemakai enzim. Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkankotoran dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan perendamandalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan kekuatannya.Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetatdan asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan.Kapas memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan(seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau denganmemakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun.Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantarakegiatan pemberian warna. Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa.Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zatwarna alam dan zat warna sintetik. Van Croft menggolongkan zat warna berdasarkan pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnaiserat disebutnya sebagai zat warna substantif dan zat warna yang memerlukan zat-zat pembantu supaya dapat mewarnai serat disebut zat reaktif. Kemudian Henneck membagi zat warna menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkannya,yakni zat warna monogenetik apabila memberikan hanya satu warna dan zatwarna poligenatik apabila dapat memberikan beberapa warna. Penggolongan zatwarna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan konstitusi (struktur molekul)dan berdasarkan aplikasi (cara pewarnaannya) pada bahan, misalnya didalam pencelupan dan pencapan bahan tekstil, kulit, kertas dan bahan-bahan lain

 penyusunnya. Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang ditenunmenjadi kain kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi produk  jadi. Oleh karena itu untuk memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik  pengolahannya menjadi bahan tekstil.Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses pengolahannya baik dari sisi penmilihan peralatan , prosedur pengerjaan maupun jenis zat-zatkimia yang digunakan. Selama proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serattidak akan hilang. Proses pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk memperbaiki,meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehinggamenjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan pemakaiannya.Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut
1. Perbandingan panjang dan lebar yang besar
 2. Kekuatan yang cukup
3. Fleksibilitas tinggi
4. Kemampuan Mulur dan elastis
5. Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat
6. Memiliki daya serap terhadap air
 7. Tahan terhadap sinar dan panas
8. Tidak rusak dalam pencucian
9. Tersedia dalam jumlah besar
10. Tahan terhadap zat kimia tertentu


KESIMPULANNYA : 

Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakanmetode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkandengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metodeBiologi adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganismesendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, jugamenjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.Dewasa ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan air limbahyang paling banyak dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini mengingatmetode lumpur aktif dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah dari berbagai jenis industri seperti industri pangan, pulp, kertas, tekstil, bahan kimia dan obat-obatan. Namun, dalam pelaksanaannya metode lumpur aktif banyak mengalamikendala, di antaranya :1. Diperlukan areal instalasi pengolahan limbah yang luas, mengingat proseslumpur aktif berlangsung dalam waktu yang lama, bisa berhari-hari.2. Timbulnya limbah baru, di mana terjadi kelebihan endapan lumpur dari pertumbuhan mikroorganisme yang kemudian menjadi limbah baru yangmemerlukan proses lanjutan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar