""SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA""

Kamis, 08 November 2012

ANALISA KE PENDUDUKAN TERHADAP LINGKUNGAN



PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
Masalah lingkungan bagi para ahli biologi sudah sejak lama menjadi perhatian. Hal ini
tidaklah mengejutkan karena ekologi yang kajiannya tentang interaksi antara organisme dengan
lingkungannya merupakan salah satu cabang biologi yang penting. Masalah lingkungan yang
sekarang dihadapi oleh seluruh bangsa adalah masalah yang berkaitan dengan kepentingan hidup
manusia yang pada hakekatnya adalah masalah ekologi dan lebih khusus lagi masalah ekologi
manusia.
Suatu masalah dapat diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi atau merintangi keinginan
atau harapan manusia. Masalah dipersepsikan sebagai kesenjangan diantara realita dan harapanharapan
kita yang semestinya. Dengan demikian masalah lingkungan adalah kondisi-kondisi
lingkungan biofisik yang merintangi kepuasan dan kebutuhan manusia untuk kesehatan dan
kebahagiaan (Swan & Stapp, 1974). Berkaitan dengan kebutuhan manusia ada satu teori yang
dikemukakan Maslow (1970) yang disebut Grumbles theory (Teori keluhan) atau Maslow’s
hierarchy yang diawali dengan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti makanan
dan air sampai kepada kebutuhan fisiologis seperti keselamatan, rasa dicintai dan mencintai, rasa
memiliki sampai kepada aktualisasi diri. Bila kebutuhan-kebutuhan tersebut tak dapat dipenuhi
karena sesuatu hal maka manusia akan mengeluh dan hal tersebut merupakan masalah. Dalam
kaitannya dengan lingkungan maka lingkungan yang menjadi rintangan atau penghalang untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Masalah tersebut timbul karena ada perubahan di dalam lingkungan
sehingga lingkungan tersebut tidak sesuai lagi dan tidak mendukung kehidupan manusia serta
mengganggu kesejahteraan hidupnya (Soemarwoto, 1992). Lingkungan yang dimaksudkan adalah
lingkungan hidup, yaitu segala benda, kondisi dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita
tempati dan mempengaruhi hal, hal yang hidup termasuk manusia. Dengan demikian maka masalah
lingkungan tersebut bersumber pada ketidakseimbangan dalam lingkungan hidup manusia (Salim,
1982).Masalah lingkungan bukan lagi menjadi masalah suatu bangsa dan negara saja tetapi
seluruh dunia dihadapkan pada masalah yang sangat kompleks dan pelik. Kita bahkan semua
lapisan masyarakat sudah tahu tentang masalah tersebut sehingga tak perlu dirinci satu persatu.

3.Kompleksnya dan menyeluruhnya masalah lingkungan dapat dibuktikan dengan tayangan di
berbagai media cetak dan media elektronik yang hampir tiap hari dimunculkan. Dari sekian banyak
permasalahan yang dihadapi mulai dari masalah pangan, energi, kerusakan lingkungan,
industrialisasi, pencemaran, pengangguran perekonomian sampai masalah sosial sepintas
tampaknya terpisah-pisah tetapi kalau dicermati akan tampak bahwa permasalahan tersebut saling
kait mengait dan bersumber pada rangkaian masalah pokok, yaitu: dinamika kependudukan,
pengembangan sumber daya alam dan energi, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ilmu dan
teknologi serta benturan terhadap tata lingkungan (Zen, 1979).(Gambar 1)
Gambar 1. Interaksi antara dinamika kependudukan, pengembangan
SDA dan energi, Pertumbuhan ekonomi, Perkembangan
IPTEK serta benturan terhadap tata lingkungan (Zen, 1979)

4
Ada dua hal yang paling menggoncangkan keseimbangan lingkungan, yaitu perkembangan
ilmu dan teknologi serta ledakan penduduk (Salim, 1981). Perkembangan IPTEK telah mengubah
keadaan lingkungan tempat hidup sehingga menimbulkan gangguan. Ledakan penduduk yang
terjadi telah memicu percepatan perubahan lingkungan agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi.
Ledakan penduduk telah mendorong keharusan untuk melancarkan pembangunan sekaligus dengan
pengembangan lingkungan.
Untuk dapat memulihkan keseimbangan lingkungan yang rusak adalah penting untuk
menciptakan keragaman dalam sistem lingkungan. Semakin beragam isi lingkungan maka makin
stabil sistem tersebut. Beragamnya isi lingkungan akan memperbesar daya dukung lingkungan
untuk menampung gangguan-gangguan. Pembangunan pada hakekatnya menimbulkan keragaman
dan diversifikasi dalam kegiatan ekonomi (Salim, 1981). Semakin beragam kegiatan ekonomi
semakin besar kemampuan ekonomi negara itu untuk tumbuh cepat dan stabil. Namun demikian,
keragaman dalam kegiatan ekonomi harus sejalan dengan usaha meragamkan sistem lingkungan.
Hal ini hanya mungkin apabila dalam proses pembangunan sudah diperhitungkan segi lingkungan
hidup dan diusahakan keselarasan antara pengembangan keragaman kegiatan ekonomi dengan
pengembangan keragaman sistem lingkungan.
Proses pembangunan sebenarnya sudah berjalan sejak lama. Namun pergolakan ekonomi
dalam tahun 1970-an sangat membingungkan yaitu dengan tingginya inflasi dan pengangguran
yang tinggi pula. Para ahli ekonomi sependapat bahwa ada sesuatu yang tak beres tetapi tidak
banyak yang menyadari bahwa perkembangan ekonomi secara global dalam tiga dasawarsa terakhir
terus meningkat di negara maju dan sebagian negara berkembang disertai laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi pula (Brown, 1982). Pertumbuhan penduduk yang tinggi secara cepat telah
melampaui batas daya tampung sistem biologi bumi disertai dengan menyusutnya sumber daya.
Dengan demikian permasalahan lingkungan berakar pada hubungan jumlah penduduk dengan
sistem alam serta sumber dayanya. Pada dasarnya perekonomian dunia berdasar pada empat sistem
biologis yaitu tanah pertanian, padang rumput, kehutanan, dan perikanan (Brown, 1982). Selain
sebagai sumber pangan juga merupakan sumber bahan mentah untuk industri.
Pengaruh samping dari pembangunan seperti menyusutnya sumber daya dan pencemaran
telah mengancam kehidupan manusia di seluruh dunia tak terkecuali negara maju. Adanya
permasalahan lingkungan ini mendapat perhatian dalam dasawarsa tahun 1970-an setelah diadakan
Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm tahun 1972 dan sekarang dikenal dengan
5
Konferensi Stockholm dan hari pembukaan konferensi tanggal 5 Juni telah disepakati untuk
dijadikan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Namun demikian setelah 30 tahun konferensi tersebut
ternyata masalah linglkungan semakin menjadi alias tak mampu mengatasi masalah lingkungan.
Negara maju masih dengan pola hidupnya yang mewah, boros dan pencemaran, sebaliknya negara
berkembang makin mengeksploitasi sumber daya alamnya untuk memacu pembangunan dan untuk
membayar utang luar negerinya. Dengan kemampuan ekonomi, teknologi dan kesadaran
lingkungan yang masih terbatas maka peningkatan pembangunan tidak diimbangi dengan
perlindungan lingkungan. Akibatnya kerusakan lingkungan akibat overeksploitasi dan pencemaran
di negara berkembang masih tetap saja berlangsung. Bagaimana seharusnya memecahkan masalah
lingkungan tersebut?


A.    PERMASLAHAN PENDUDUK INDONESIA
1.    Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a.    Jumlah Penduduk Besar
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk yang besar:
1)     Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
2)     Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk
besar, yaitu nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
1)     Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga berakibat seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya pemukiman kumuh.
2)    Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini.
b.    Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun. Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau tiga anak saja atau merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dua tujuan pokok Program Keluarga Berencana yaitu:
a.    Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan peningkatan produksi.
b.    Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera
c.    Persebaran Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk Indonesia Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi, yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena
kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.

2.     Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif
a.    Tingkat Kesehatan Penduduk yang rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah dengan melihat:
1)Angka Kematian
2)Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah. Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik. Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi  dapat menikmati kualitas makanan yang memenuhi standar kesehatan.
b.    Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur. Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi beban bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan  berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang dilakuka oleh pemerintah membawa dampak positif yang  signifikan  terhadap kesejahteraan penduduk.
c.    Tingkat Kemakmuran yang Rendah
Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding lurus dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam. Mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin?

B.    DAMPAK PERMASALAHAN PENDUDUK TERHADAP PEMBANGUNAN
Penduduk adalah objek dan subyek pembangunan. Sebagai objek, penduduk adalah sasaran pembangunan. Sebagai subyek, penduduk adalah pelaku pembangunan. Peranan penduduk sebagai subyek menentukan arah dan keberhasilan pembangunan. Potensi dan tantangan pembangunan ditentukan oleh keadaan riil kependudukan dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Bagaimana potensi dan tantangan pembangunan di Indonesia? Kekayaan sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia sangat besar. Ini merupakan suatu potensi. Masalahnya adalah  sanggupkah penduduk Indonesia mengeksploitasi dan mengelola sumber daya alam yang melimpah itu?  Fakta menunjukkan bahwa eksploitasi sumber daya alam (penambangan) di Indonesia banyak dilakukan oleh perusahaan asing. Proyek-proyek pembangunan oleh pemerintah juga sering menggunakan bantuan (assistance)  perusahaan asing.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal dan teknologi yang dimiliki penduduk Indonesia. Penguasaan teknologi dan kepemilikan modal terkait dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) penduduk Indonesia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia penduduk Indonesia ditunjukkan dengan GDP perkapita  yang relatif rendah. Kualitas sumber daya manusia penduduk Indonesia yang rendah merupakan penghambat pembangunan. Secara terperinci faktor kependudukan yang menghambat pembangunan adalah:
1.    Rendahnya kualitas SDM penduduk Indonesia
Salah satu indikator kemakmuran suatu negara adalah volume barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduknya. Untuk memproduksi barang dan jasa diperlukan penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan. Penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan kualitas SDM penduduk suatu negara. Jadi kualitas SDM merupakan faktor penentu kemakmuran. Apa yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keterampilan dan ilmu pengetahuan?
2.    Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Penduduk merupakan potensi sekaligus beban pembangunan. Penduduk yang berkualitas (produktif) merupakan potensi/kekuatan pembangunan. Sedangkan penduduk dengan kualitas rendah (non produktif) merupakan beban pembangunan. Pertumbuhan penduduk bagi suatu negara dapat menjadi kekuatan sekaligus beban. Ini tergantung bagaimana kualitas penduduknya. Bagi Indonesia, pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan beban pembangunan. Mengapa? Jumlah penduduk Indonesi saat ini sudah cukup besar. Tetapi kualitas hidupnya (kemakmurannya) masih rendah.  Apabila pertumbuhan penduduk masih tetap tinggi, maka kualitas hidup (kemakmuran) akan semakin menurun.

C.    UPAYA-UPAYA MENGATASI PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
    Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah:
1.    Jumlah penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana (KB).
2.    Persebaran dan Kepadatan penduduk diatasi dengan:
    a.    Program Transmigrasi
    b.    Pembangunan lebih intensif di Kawasan Indonesia Timur.
3.    Tingkat kesehatan yang rendah diatasi dengan:
    a.    Pembangunan fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
    b.    Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin
4.    Tingkat pendidikan yang rendah diatasi dengan:
a.     Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di Indonesia.
b.    Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
c.    Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik pemerintah
d.    Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja
e.    Mempelopori riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga- lembaga pemerintah
5.    Tingkat  pendapatan yang rendah diatasi dengan:
a.    Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya usaha/investasi, baik PMDN ataupun PMA.
b.    Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih banyak menyerap tenaga kerja.
c.    Penyederhanaan birokrasi dalam   perizinan usaha. Pembangunan/menyediakan fasilitas umum (jalan, telepon) sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi.
Pertumbuhan Penduduk dan Dinamika Kependudukan
pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke luar maupun ke luar. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah mengalami penurunan yang bisa disebabkan oleh banyak hal. Pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah kelahiran dan perpindahan penduduk dari luar ke dalam lebih besar dari jumlah kematian dan perpindahan penduduk dari dalam ke luar.
Dinamika kependudukan adalah perubahan kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu.
Rumus menghitung pertumbuhan penduduk :
p = (I - m) + (i - e)
Keterangan lengkap :
- p = pertumbuhan penduduk
- l = total kelahiran
- m = total kematian
- e = total emigran atau pendatang dari luar daerah
- i = total imigran atau penduduk yang pergi
Cara Untuk mengatasi / Mengurangi Ledakan Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk - Ilmu Kependudukan Biologi
Menurut Thomas Robert Malthus pertambahan jumlah penduduk adalah seperti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan pertambahan jumlah produksi makanan adalah bagaikan deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ...). Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan di masa depan di mana kita akan kerurangan stok bahan makanan.
- Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk :
1. Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
2. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
- Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk :
1. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
2. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
3. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
4. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195512191980021-YUSUF_HILMI_ADISENDJAJA/ANALISIS_DAMPAK_PEMBANGUNAN_THDP_LING.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar